Praktikum Kesling Kesmas UNUSA

 


PRAKTIKUM METODE BIOSORPSI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN JAMUR KANCING (Agaricus bisporus)

Surabaya 14 Juni 2024 Kelompok 3 Peminatan Kesehatan Lingkungan Semester 6  Program Studi  S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul  Ulama Surabaya. Kelompok 3 ini melakukan pembelajaran Biosorpsi dengan media Jamur Kancing yang merupakan teknologi pengolahan limbah terbaru yang dapat menyisihkan/menghilangkan logam berat yang bersifat racun, oleh karena itu biosorpsi dapat dipertimbangkan sebagai suatu teknologi alternatif yang ramah lingkungan untuk mengolah limbah cair industri yang secara ekonomi layak digunakan. Proses biosorpsi dapat terjadi karena adanya material biologis yang disebut biosorben dan adanya larutan yang mengandung kekeruhan warna  dengan afinitas yang tinggi sehingga mudah terikat dengan biosorben. Proses penyerapan yang terjadi secara absorbsi (bioakumulasi) disebut juga mekanisme resistensi.

Jamur kancing (Agaricus bisporus) atau yang juga dikenal sebagai champignon merupakan jamur pangan dengan bentuk bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Jamur kancing adalah jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Jamur ini banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki kandungan nutrisi yang kompleks, yaitu karbohidrat, protein, serat, dan berbagai macam vitamin serta mineral. Jeong et al (2010) berpendapat bahwa seluruh bagian dari jamur kancing (Agaricus bisporus) kaya akan serat, polisakarida, antioksidan, vitamin dan polifenol, kandungan tersebut memiliki potensi mempengaruhi sel dari sistem imun dan sel tumor. Jamur kancing biasa dijadikan sebagai alternatif pemenuhan protein nabati bagi manusia. Jamur ini juga dapat menjadi agent dalam pengujian proses biosorpsi.

Dalam proses pembelajaran Biosorpsi ini kelompok 3 sangat merasa senang dikarenakan fasilitas laboratorium mewadahi dengan alat-alat yang mendukung, Adapun alat bahan yang digunakan sebagai berikut:

  1. TDS Meter
  2. Turbidity Meter AMT
  3. Gelas Beaker
  4. Pipet
  5. Jamur Kancing
  6. Air Limbah Rumah Tangga
  7. Drying Oven
  8. Mesin Penggiling Bubuk (Blender)
  9. Ayakan ukuran 80 mesh
  10. Hotplate Stirrer
  11. Mikroskop
  12. Vacuum Pump
  13. Kertas Filter

Metode biosorpsi air limbah rumah tangga menggunakan jamur kancing (Agaricus bisporus) yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2024 dilakukan dengan langkah-langkah dalam sebagai berikut :

  1. 1. Pemilihan jenis jamur makro yang akan digunakan
  2. Pemilihan jenis jamur makro yang digunakan dalam praktikum ditentukan berdasarkan jurnal atau penelitian-penelitian sebelumnya serta kemudahan dalam mendapatkan jamur. Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut maka diputuskan pemilihan jamur kancing (Agaricus bisporus) sebagai biosorben untuk menyerap zat pencemar dalam air limbah pada praktikum kali ini.
  3. 2. Pengukuran Jamur Kancing
  4. Pengukuran jamur dimulai dengan pencucian jamur terlebih dahulu selanjutnya jamur dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil dengan pisau untuk meningkatkan luas permukaannya dan mempercepat proses pengeringan.
  5. 3. Pengeringan Jamur Kancing
  6. Setelah jamur dipotong selanjutnya jamur kancing dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 100°C selama 8 jam untuk menghilangkan kandungan air dan menstabilkan struktur jamur.
  7. 4. Menghaluskan Jamur Kancing
  8. Setelah kering, jamur dihaluskan menggunakan mesin penggiling bubuk (blender) selama 2,5 menit untuk mendapatkan bubuk yang lebih halus, kemudian bubuk diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 80 mesh untuk memastikan ukuran partikel yang seragam atau sama dan optimal untuk proses absorpsi.
  9. 5. Pemantauan menggunakan mikroskop
  10. Bubuk jamur yang telah diayak selanjutnya dilihat dibawah mikroskop dan selanjutnya difoto untuk nanti dibandingkan dengan bubuk jamur setelah proses biosorpsi. Perbandingan bubuk jamur sebelum dan sesudah proses biosorpsi bertujuan untuk mengetahui efektivitas bubuk jamur kancing dalam menangkap partikel pencemar pada air limbah.
  11. 6. Pengukuran parameter air limbah sebelum biosorpsi
  12. Pengukuran parameter air limbah sebelum biosorpsi antara lain untuk mengetahui nilai kekeruhan (turbidity), TDS, dan pH untuk selanjutnya dibandingkan dengan hasil akhir berupa air yang telah dipisahkan dengan bubuk jamur kancing setelah proses biosorpsi.
  13. 7. Penambahan partikel bubuk jamur ke dalam air limbah
  14. Setelah didapatkan bubuk jamur kancing yang halus, selanjutnya dilakukan pencampuran atau penambahan bubuk jamur kancing ke dalam air limbah dengan perbandingan 0,25 gram dan 25 ml air limbah. Setelah penambahan bubuk jamur kancing ke dalam air limbah selanjutnya diaduk menggunakan alat hot plate stirrer dengan kecepatan 170 rpm dan waktu 80 menit.
  15. 8. Pemisahan air hasil biosorpsi dengan bubuk jamur kancing
  16. Setelah dilakukan pengadukan, air limbah yang telah dicampur dengan partikel bubuk jamur selanjutnya dimasukkan ke dalam alat vacuum pump dengan tujuan memisahkan air dengan bubuk jamur yang akan tertahan di kertas filter.
  17. 9. Pengukuran parameter air limbah
  18. Setelah bubuk jamur kancing dan air limbah terpisah, selanjutnya dilakukan pengukuran parameter air limbah setelah biosorpsi antara lain untuk mengetahui nilai kekeruhan (turbidity), TDS, dan pH untuk mengetahui perbedaan sebelum dan setelah dilakukannya biosorpsi.
  19. 10. Pemantauan bubuk jamur setelah biosorpsi
  20. Bubuk jamur kancing yang telah terpisah dengan air limbah selanjutnya dipantau dengan menggunakan mikroskop untuk mengetahui perbedaan fisik pada bubuk jamur sebelum dan setelah dilakukan proses biosorpsi.

Berikut ini adalah tabel perbandingan efektivitas biosorpsi jamur kancing pada air limbah rumah tangga, berikut adalah hasil pengukuran parameter air limbah sebelum biosorpsi (rata-rata) dan setelah biosorpsi (rata-rata).

        Tabel 1.1 Pengukuran parameter air limbah

No

Parameter

Sebelum

Setelah

Keterangan

1.

Kekeruhan (turbidity)

1,08

21,76

Naik 20x lipat

2.

TDS (total dissolved solids)

4,67

1086,3

Naik 232x lipat

3.

pH

5,11

5,66

Naik 0,55

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa setelah proses biosorpsi menggunakan bubuk jamur kancing, terjadi peningkatan yang signifikan pada tingkat kekeruhan dan TDS dalam air limbah rumah tangga. Kekeruhan (turbidity) meningkat dari rata-rata 1,08 NTU menjadi 21,76 NTU, sedangkan TDS meningkat dari rata-rata 4,67 ppm menjadi 1086,3 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa proses biosorpsi jamur kancing belum mampu menyerap sejumlah besar padatan terlarut dalam air limbah dan meningkatkan tingkat kekeruhan air setelah proses tersebut.

Efek pada pH juga perlu diperhatikan, meskipun tidak signifikan, pH rata-rata sedikit meningkat dari 5,11 menjadi 5,66 setelah biosorpsi. Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh interaksi antara jamur kancing dengan komponen kimia dalam air limbah.


(Gambar bubuk jamur sebelum dilakukan proses biosorpsi)


(Gambar bubuk jamur setelah dilakukan proses biosorpsi)

Berdasarkan hasil pemantauan bubuk jamur kancing menggunakan mikroskop, dapat dilihat perbedaan fisik antara bubuk jamur kancing sebelum dan setelah proses biosorpsi. Pada bubuk jamur kancing sebelum biosorpsi terlihat warna yang kekuningan atau cenderung lebih cerah dibandingkan dengan warna bubuk jamur kancing setelah proses biosorpsi yang lebih kecoklatan atau cenderung lebih gelap. Sehingga kami mengasumsikan bahwa  bubuk jamur kancing pada praktikum biosorpsi kali ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengikat zat pencemar namun belum signifikan mengingat hasil perbandingan pengukuran parameter air limbah tidak mendapatkan hasil yang diharapkan dan belum tepatnya perbandingan yang digunakan antara bubuk jamur kancing dengan air limbah sehingga mempengaruhi tingkat kekeruhan dan TDS.

Kesimpulannya, proses biosorpsi menggunakan jamur kancing pada praktikum ini belum efektif dalam mengurangi tingkat kekeruhan (turbidity) dan TDS pada air limbah. Belum efektifnya penggunaan jamur kancing dalam proses biosorpsi air limbah pada praktikum kali ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Perbandingan antara bubuk jamur kancing dengan banyaknya air limbah yang digunakan belum tepat (perlu beberapa pengulangan untuk mendapatnya perbandingan yang efektif).
  • Tidak dilakukannya proses pengendapan terlebih dahulu setelah proses pengadukan bubuk jamur dengan air limbah dengan alat hot plate stirrer atau sebelum proses pemisahan bubuk jamur kancing dengan air menggunakan alat vacuum pump.
  • Penggunaan jamur kancing dalam proses biosorpsi pada penelitian sebelumnya yang digunakan untuk pengukuran pengurangan zat pencemar berupa logam berat (yang tidak diukur pada praktikum kali ini).
  • Partikel bubuk jamur kancing yang digunakan dalam proses biosorpsi praktikum kali ini terlalu halus sehingga berpengaruh pada peningkatan kekeruhan (turbidity) dan TDS pada air limbah.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 3 KKN UNUSA 2024 (Lampah, Kedamean, Gresik)

RESUME Pembuatan Totebag Ecoprint Sebagai Representasi Kampanye Ramah Lingkungan